Para pria sholat jumat, aku, mbak Ria dan adik Haidar makan soto didalam mangkok imut-imut. Soto dengan kuah bening, soun, suiran ayam kampung, dan pelengkap soto lainnya digabung dengan nasi. Kalau untuk makan siang porsi segitu kurang nendang. Yaeyalah namanya soto Mat Tjangkir, kalau soto panci dijamin bisa untuk porsi sekeluarga. Porsi memang kecil tapi enak sotonya jadi dimaafkan, meskipun hari itu cukup terik, soto yang bikin keringat mengucur, plus aneka sate terhidang di meja…judulnya: ajib.
Saya coba sate kerang, kerangnya seperti direbus lalu dikasi kecap/kaldu ayam. Yak lebih enak sate kerang di Medan for sure, lebih pedas dan berbumbu. Satu porsi soto hanya dihargai 7000 rupiah. Untuk sate ayam 5000, sate kerang 3000. Makan berdua cuma 28.000 plus air mineral dan es jeruk. Ini yang aku suka kulineran di Jawa, murah. Uang 2000 rupiah itu ada harganya, masih bisa untuk beli sarapan kacang hijau atau aneka gorengan cuma 500 rupiah.
Warung sotonya berlokasi sejajar dengan masjid Agung Kudus, on the left corner alun-alun. Warungnya kecil sehingga meja dan kursi mengambil tempat di atas trotoar selain didalam warung. Soto ini ternyata memiliki waralaba. Selain soto juga tersedia ayam bakar, tapi saya tidak mencicipi. Menurut Abang saya yang cukup gaul, makanan di Kudus enak-enak, apa daya karena kami bepergian rame dengan 5 anak jadi langsung ke tujuan utama saja, Jepara. Sekali lagi rejeki itu tidak akan tertukar, selang beberapa hari kami pulang dari Kudus, Abang main ke Kudus. Dibawainlah oleh-oleh dari Kudus. Salah satunya kue semprong, asli kudus, semprongnya kurus, tengahnya gak bolong, padat, wijennya terasa, okey menurut saya.
Kota Kudus hhhmmm saya susah mendeskripsikannya, seperti kota-kota di Jawa pada umumnya 😉 Ada pabrik tempat produksi bahan uang kertas, pabrik rokok. Lain kali mampir kesini lagi biar paham seluk beluk kota Kudus, biar enak mejelaskannya, tempo hari hanya numpang lewat.
Siluet Jingga 